MAKALAH TENTANG PENDAPATAN NASIONAL
PENDAPATAN NASIONAL
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Untuk mengukur keberhasilan perekonomian suatu negara
salah satunya dapat dilihat dari angka pertumbuhan ekonomi negara tersebut.
Pertumbuhan ekonomi (economic growth) dapat diukur dari kenaikan
besarnya pendapatan nasional (produksi nasional) pada periode tertentu. Oleh
karena itu, nilai dari pendapatan nasional (national income) ini
merupakan gambaran dari aktivitas ekonomi secara nasional pada periode
tertentu. Tingginya tingkat pendapatan nasional dapat mencerminkan besarnya
barang dan jasa yang dapat diproduksi. Besarnya kapasitas produksi tersebut
dapat menunjukkan tingginya tingkat kemakmuran masyarakat dalam suatu negara.
Baik negara yang sedang berkembang maupun negara-negara maju, semua mengiginkan
tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Pendapatan Nasional (national income) merupakan tolak ukur yang paling baik untuk
menunjukkan keberhasilan dan kegagalan perekonomian suatu negara, dari tingkat
kesempatan kerja, tingkat harga barang, dan posisi neraca pembayaran luar
negeri, serta pendapatan per kapitanya. Jika faktor-faktor yang memengaruhi
tersebut menunjukkan posisi yang sangat menguntungkan atau positif, maka
tingkat keberhasilan atau tingkat kemajuan ekonomi suatu negara akan mudah
tercapai, dan begitu pula sebaliknya. Dalam perhitungan ekonomi Islam terdapat
prinsip yang harus dipegang teguh dalam perhitungan pendapatan nasional agar
tujuan negara dapat terlaksanakan dengan baik dan masyarakat mendapatkan
kesejahteraan dan kebahagiaan dalam
bernegara.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian
Pendapatan Nasional?
2.
Apa itu Harga
Konstan dan Harga Berlaku?
3.
Bagaimana
Metode Perhitungan Pendapatan Nasional?
4.
Apa Produk
Nasional Netto Dan Pendapatan Siap Konsumsi?
C.
Tujuan
1.
Untuk
Mengertahui Apa Pendapatan Nasional.
2.
Untuk Mengetahui
Apa Harga Konstan dan Harga Berlaku.
3.
Untuk
Mengetahui Bagaimana Metode Perhitungan Pendapatan Nasional.
4.
Untuk
Mengetahui Produk Nasional dan Pendapatan Siap Konsumsi
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Pendapatan
Nasional
Pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh
seluruh rumah tangga keluarga (RTK) di suatu negara dari penyerahan
faktor-faktor produksi dalam satu periode,biasanya selama satu tahun.
Perhitungan tersebut berdasarkan anggapan bahwa pendapatan nasional merupakan
penjumlahan biaya hidup selama setahun. Konsep pendapatan nasional pertama kali
dicetuskan oleh Sir William Petty dari Inggris yang berusaha menaksir pendapatan nasional negaranya.pada tahun 1665. Namun pendapat
tersebut tidak disepakati oleh para ahli ekonomi modern, sebab menurut
pandangan ilmu ekonomi modern, alat utama sebagai pengukur kegiatan
perekonomian adalah Produk Nasional Bruto (gross National Product, GNP) yaitu
seluruh jumlah barang dan jasa yang dihasilkan tiap tahun oleh suatu negara
yang diukur menurut harga pasar. Oleh karena itu pengertian pendapatan nasional
adalah ukuran dari nilai total barang dan jasa yang dihasilkan suatu Negara
dalam kurun waktu tertentu (biasanya satu tahun) yang dinyatakan dalam satuan
uang.
Salah satu tolak ukur
yang dapat digunakan untuk menilai kondisi perekonomian suatu negara adalah pendapatan nasional. Tujuan dari perhitungan pendapatan nasional ini
adalah untuk mendapatkan gambaran tentang tingkat ekonomi yang telah dicapai
dan nilai output yang diproduksi, komposisi pembelanjaan agregat, sumbangan
dari berbagai sektor perekonomian, serta tingkat kemakmuran yang dicapai
(Sukirno, 2008, p55). Selain itu, data pendapatan nasional yang telah dicapai
dapat digunakan untuk membuat prediksi tentang perekonomian negara tersebut
pada masa yang akan datang. Prediksi ini dapat digunakan oleh pelaku bisnis
untuk merencanakan kegiatan ekonominya di masa depan, juga untuk merumuskan
perencanaan ekonomi untuk mewujudkan pembangunan negara di masa mendatang
(Sukirno, 2008, p57).
Nilai seluruh produksi yang tercipta dalam sesuatu negara dalam
satu tahun tertentu dinamakan pendapatan nasional. Oleh karena itu pendapatan
nasional biasanya didefinisikan sebagai: nilai seluruh barang-barang
jadi dan jasa-jasa yang diproduksi oleh negara dalam satu tahun tertentu. Dalam
penghitungan pendapatan nasional terdapat tiga istilah yakni: Produk
Nasional Bruto, Produk Domestik Bruto, dan Pendapatan Nasional.
Dalam definisi yang baru dinyatakan bahwa pendapatan nasional
adalah nilai barang-barang jadi dan jasa-jasa yang diproduksikan dalam
suatu perekonomian. Ini berarti walaupun barang-barang yang diciptakan oleh
berbagai kegiatan ekonomi adalah berbentuk benda, pendapatan nasional tidak
dinyatakan secara demikian. Pendapatan nasional dihitung dengan menetukan nilai
uang dari berbagai jenis barang dan jasa yang diproduksikan oleh sesuatu
perekonomian.[1]
Tujuan dari menghitung pendapatan nasional adalah untuk mengatasi
kesukaran yang dtimbulkan oleh perbedaan dalam satuan-satuan perhitungan dari
barang-barang dan jasa-jasa yang terdapat dalam perekonomian.
Cara yang paling sederhana untuk mentukan pendapatan nasional riel
adalah dengan mendeflasikan nilai pendapatan nasional menurut harga yang
berlaku dengan menggunakan indeks harga, seperti misalnya dengan
menggunakan indeks harga konsumen. Menghitung pendapatan nasional riel
merupakan langkah yang selalu dijalankan di dalam kegiatan menghitung
pendapatan nasional di berbagai negara. Cara menghitungnya yaitu pertambahan
pendapatan nasional riel yang wujud dalam satu tahun tertentu dapat dihitung
dengan rumus:
g = GNPr1 – GNPro1 x 100%
GNPr0
Keterangan: GNPr1 adalah
pendapatan nasional riel pada tahun yang tingkat pendapatan ekonominya akan
ditentukan, GNPr0 adalah pendapatan nasional riel pada tahun
sebelunya, dan g adalah perkembangan ekonomi yang dicapai dinyatakan dalam
presentasi dari GNPr0.
Pengeluaran Ke
Atas Pendapatan Nasional
Di
negara-negara yang perekonomiannya sudah sangat maju, penghitungan pendapatan
nasional dengan cara pengeluaran adalah cara yang paling penting. Hal
ini sangat berguna mengenai tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai, yaitu sampai
dimana buruknya masalah ekonomi yang harus mereka hadapi, atau sampai dimana
baiknya tingkat kegiatan ekonomi dan tingkat kemakmuran yang sedang
berlangsung. Dengan cara pengeluaran, pendapatan nasional dihitung dengan
menjumlahkan nilai pengeluaran dari berbagai golongan masyarakat keatas
barang-barang jadi dan jasa-jasa yang diproduksikan dalam mengatasi
masalah-masalah ekonomi yang dihadapi, atau untuk mempertahankan tingkat
kemakmuran yang sedang dicapai.
Peranan
Berbagai Sektor dalam Menciptakan Pendapatan Nasional
Cara kedua
untuk menghitung pendapatan nasional adalah dengan menghitung dan selanjutnya
menjumlahkan nilai-nilai produksi yang diciptakan dalam tiap-tiap sektor
ekonomi. Cara perhitungan pendapatan nasional ini dinamakan cara produksi. Nilai
pendapatan nasional diperoleh dengan cara menjumlahkan nilai-nilai tambahan yang
diciptakan oleh tiap-tiap sektor yang ada dalam perekonomian. Seluruh nilai
tambahan yang diciptakan dalam sesuatu sektor merupakan nilai produksi dari
sektor tersebut yang disumbangkan kepada pendapatan nasional.
Dalam
penggolongan yang sangat sederhana sektor-sektor dalam perekonomian selalu
dibedakan dalam tiga golongan: sektor pertanian, sektor industri, dan sektor
jasa-jasa. Dalam analisa ekonomi pada umumnya penggolongan seperti itu sudah
cukup memadai. Tetapi untuk memberikan keterangan-keterangan yag berguna
mengenai kegiatan sesuatu perekonomian, didalam perhitungan pendapatan nasional
pembagian yang demikian masih kurang terperinci, oleh sebab itu setiap sektor harus
diperinci lagi menjadi beberapa sektor sehingga akhirnya perekonomian itu
terbagi dalam sektor-sektor seperti sektor pertanian meliputi kegiatan
mengambil hasil hutan dan menangkap ikan. Yang meliputi sektor industri adalah
kegiatan pertambangan, kegiatan industri pengolahan, kegiatan membuat bangunan,
dan kegiatan menyediakan listrik, air dan gas.
Cara menggolongkan pendapatan faktor-faktor produksi, sebagai
berikut:
1. Pendapatan para pekerja, yaitu gaji dan upah.
2. Pendapatan dari usaha perseorangan.
3. Pendapatan dari sewa.
4. Bunga neto.
5. Keuntungan Perusahaan.
Pendapatan Pribadi dan Pendapatan Disposebel
Pendapatan Pribadi
Pendapatan
pribadi diartikan sebagai semua jenis pendapatan, termasuk pendapatan yang
diperoleh tanpa memberikan seuatu kegiatan apapun, yang diterima oleh suatu
penduduk negara. Dari istilah
ini dapat disimpulkan bahwa di dalam pendapatan pribadi itu telah termasuk juga
pendapatan yang tidak tergolong di dalam pendapatan nasional. Salah satu dari
pendapatan yang bersifat demikian adalah bayaran pemindahan.
Pendapatan Disposebel
Apabila
pendapatan pribadi dikurangi oleh pajak yang harus dibayar oleh para penerima
pendapatan, nilai yag tersisa dinamakan pendapatan disposebel. Dengan demikian pada hakekatnya pendapatan disposebel adalah
pendapatan yang boleh digunakan oleh para penerimanya, yaitu semua rumahtangga
yang ada dalam perekonomian, untuk membeli barang-barang dan jasa-jasa yang
mereka inginkan. Tetapi sebagian daripadanya ditabung dan sebagian lainnya
digunakan untuk membayar bunga untuk pinjaman yang digunakan untuk membeli
barang-barang secara mencicil.
2.
Harga konstan
dan harga berlaku[2]
Menghitung nilai hasil PDB dengan menggunakan harga berlaku dapat
memberi hasil yang menyesatkan, karena pengaruh inflasi. Untuk memperoleh
gambaran yang lebih akurat, maka perhitungan PDB sering menggunakan perhitungan
berdasarkan harga konstan. Hasil perhitungan ini
menghasilkan nilai PDB atas harga konstan.
Yang dimaksud dengan harga konstan adalah harga yang dianggap tidak
berubah. Untuk memperoleh PDB harga konstan, kita harus menentukan tahun dasar
(based year), yang merupakan tahun di mana perekonomian berada dalam kondisi
baik/stabil. Harga barang pada tahun tersebut kita gunakan sebagai harga
konstan. Deflator = (Harga tahun t : Harga tahun t-1) x 100%.
Manfaat dari perhitungan PDB harga konstan, selain dengan segera
dapat mengetahui apakah perekonomian mengalami pertumbuhan atau tidak, juga
dapat menghitung perubahan harga (inflasi).
Pendapatan nasional pada harga berlaku adalah nilai barang-barang dan
jasa-jasa yang dihasilkan sesuatu negara dalam suatu tahun dan dinilai menurut
harga-harga yang berlaku pada tahun tersebut. Cara ini adalah cra yang selalu
dilakukan dalam menghitung pendapatan nasional dari suatu periode ke periode
lainnya. Dapat diramalkan bahwa apabila dibandingkan data pendapatan nasional
dalam berbagai tahun tersebut, nilainya akan berbeda-beda dan menunjukan
kecenderungan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pertambahan nilai
tersebut disebabkan oleh dua faktor :
a.
Pertambahan fisikal
barang dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian dan,
b.
Kenaikan harga-harga
yang berlaku dari satu periode ke periode lainnya.
Pertumbuhan suatu
perekonomian diukur dari pertambahan yang sebenarnya dalam barang dan jasa yang
diproduksikan. Untuk dapat meghitung kenaikan itu dari tahun ke tahun, barang
dan jasa yang dihasilkan harus dihitung pada harga yang tetap, yaitu harga yang
berlaku pada suatu tahun tertentu yang seterusnya digunakan untuk menilai
barang dan jasa yang dihasilkan pada tahun-tahun yang lain. Nilai pendapatan
nasional yang didapat dalam perhitungan secara ini dinamakan pendapatan
nasional pada harga tetap atau pendapatan nasional riil.
perbedaan antara PDB
harga berlaku dengan harga konstan yaitu Produk Domestik Bruto (PDB) adalah
jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau
merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDB atas
dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan
harga yang berlaku pada setiap tahun, sedangkan PDB atas dasar harga konstan
menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan
harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar. PDB atas dasar harga
berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi,
sedangkan harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari
tahun ke tahun.
3.
Metode Perhitungan
Pendapatan Nasional [3]
Dalam menghitung pendapatan nasional, diperlukan metode atau cara. Metode
tersebut disesuaikan dengan objek yang akan dihitung. Metode perhitungan
pendapatan nasional dibagi menjadi tiga metode, yaitu sebagai berikut :
a.
Metode Produksi
Menurut metode produksi (production approach), produk nasional atau Produk
Domestik Bruto diperoleh dengan menjumlahkan nilai pasar dari seluruh barang
dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai sektor di dalam perekonomian dalam
periode tertentu. Dengan demikian, PNB atau GDP menurut metode ini, jumlah dari
harga setiap masing-masing barang dan jasa dikalikan dengan jumlah atau
kuantitas barang dan jasa yang dihasilkan.
Pendapatan nasional menurut metode produksi dapat dirumuskan sebagai
berikut :
Y = (PXQ)1 + (PXQ)2 +…..(PXQ)n
Keterangan :
Y = Produk Nasional / Produk Domestik Bruto (PNB atau GDP)
P = Harga Barang dari unit ke-I hingga unit ke-n
Q = Jumlah barang dari jenis ke-I hingga jenis ke-n
PNB atau GDP diperoleh dengan menjumlahkan nilai tambah (value added) yang
dihasilkan oleh berbagai sector perekonomian. Hal ini dilakukan untuk menghindari
penilaian yang terlalu tinggi atas output yang diproduksi dengan perhitungan
ganda (double accounting), baik barang jadi dan jasa jadi maupun barang
setengah jadi dan jasa yang masih harus diolah. Untuk itu hanya nilai tambah
pada setiap tahap proses produksi tersebut yang dimasukkan dalam perhitungan
pendapatan nasional. Dalam hal ini, GDP atau PNB merupakan penjumlahan dari
nilai tambah sektor pertanian ditambah nilai tambah di sektor manufaktur dan
seterusnya.
Pendapatan nasional menurut metode produksi dapat dihitung dengan
cara menjumlahkan seluruh hasil produksi masyarakat dari seluruh lapangan usaha
di dalam satu tahun diukur dengan nilai uang.
Komponen-komponen pembentuk pendapatan nasional menurut metode produksi
terdiri atas sebelas sektor, yaitu :
a)
Pertanian, Peternakan,
Kehutanan, dan Perikanan
b)
Pertambangan dan
penggalian
c)
Industri dan pengolahan
d)
Listrik, gas, dan air
minum
e)
Bangunan
f)
Perdagangan,
hotel, restoran
g)
Pengangkutan dan
telekomunikasi
h)
Bank dan Lembaga
keuangan lainnya
i)
Pemerintahan dan
Pertahanan
j)
Jasa-jasa lainnya
b. Metode Pengeluaran
Menurut metode
pengeluaran, pendapatan nasional adalah penjumlahan seluruh pengeluaran yang
dilakukan seluruh rumah tangga ekonomi (RTP, RTK, RTG, dan Rumah Tangga Luar
Negeri) di dalam suatu negara selama periode tertentu, biasanya satu tahun.
Pendapatan
nasional menurut metode pengeluaran dapat dihitung dengan cara menjumlahkan
pengeluaran yang dilakukan seluruh rumah tangga ekonomi. Dengan demikian,
komponen-komponen pendapatan nasional menurut metode pengeluaran terdiri atas
empat komponen, yaitu sebagai berikut :
1. Konsumsi (Consumption), yaitu pengeluaran yang dilakukan rumah tangga
konsumen, yang ditulis dalam rumus dengan lambang C.
2. Investasi (Investment), yaitu pengeluaran yang dilakukan rumah tangga
produsen, yang ditulis dalam rumus dengan lambang
3. I.Pengeluaran Pemerintah (Government Expenditure), yaitu pengeluaran yang
dilakukan rumah tangga pemerintah, , yang ditulis dalam rumus dengan
lambang G.
Ekspor dan Impor (Export-Import), yaitu pengeluaran
yang dilakukan rumah tangga Luar Negeri, yang ditulis dalam rumus dengan
lambang X dan M.
Komponen pembentuk pendapatan nasional
tersebut menurut pendekatan pengeluaran dapat dicerminkan dalam rumus sebagai
berikut:
Y = C + I + G + (X – M)
Keterangan :
Y = Pendapatan Nasional
C = Pengeluaran konsumsi Rumah Tangga
Konsumen (RTK)
I = Pengeluaran Investasi Rumah Tangga
Produsen (RTP)
G = Pengeluaran pemerintah dari Rumah
Tangga Pemerintah (RTG)
X = Ekspor
M = Impor
c. Metode Pendapatan/Penerimaan
Menurut metode pendapatan, pendapatan
nasional adalah hasil penjumlahan seluruh penerimaan yang diterima para pemilik
faktor produksi di dalam suatu negara selama periode tertentu (biasanya satu
tahun). Pendapatan nasional menurut metode penerimaan merupakan penjumlahan
dari sewa, upah, bunga modal, dan laba yang diterima masyarakat pemilik faktor
produksi selama satu tahun yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
Y = R + W + I + P
R =
rent = sewa
W = wage = upah/gaji
I = interest = bunga modal
P = profit = laba
W = wage = upah/gaji
I = interest = bunga modal
P = profit = laba
Dengan demikian,
komponen-komponen pembentuk pendapatan nasional menurut metode
pendapatan/penerimaan terdiri atas empat komponen, yaitu :
1. Sewa (rent) yang diterima pemilik faktor produksi alam.
2. Upah (wages) atau Gaji (Salary) yang diterima pemilik faktor produksi
tenaga kerja
3. Bunga modal (interest) yang diterima pemilik faktor produksi modal.
4. Laba (profit) yang diterima pemilik faktor produksi kewirausahaan
(entrepreneurship)
4.
Pengertian
produk nasional netto dan pendapatan siap konsumsi dengan memasukan isu
lingkungan.
a)
Produk Nasional Neto
(Net National Product)
Produk Nasional neto (NNP) adalah GNP dikurangi depresiasi atau penyusutan
yang disebut juga replacement dari barang modal. Replacement atau penggantian
barang modal/penyusutan bagi peralatan produksi yang terpakai dalam proses
produksi umumnya bersifat taksiran sehingga mungkin saja kurang tepat dan dapat
menimbulkan kesalahan meskipun relative kecil.
Berikut rumus untuk mengetahui NNP :
NNP = GNP – Penyusutan (Replacement)
b) Pendapatan Disposible (Disposable Income/DI)
Pendapatan Disposible
(DI) adalah pendapatan yang siap untuk dimanfaatkan guna membeli barang dan
jasa konsumsi dan selebihnya menjadi tabungan yang disalurkan menjadi
investasi. Disposable income ini diperoleh dari personal income (PI) dikurangi
dengan pajak langsung. Pajak langsung (direct tax) adalah pajak yang bebannya
tidak dapat dialihkan kepada pihak lain, artinya harus langsung ditanggung oleh
wajib pajak, contohnya pajak pendapatan.
Jadi DI merupakan
pendapatan yang benar-benar menjadi hak penerimanya. Dengan demikian DI
dirumuskan sebagai berikut :
DI = PI – Pajak
Langsung
Pajak Langsung adalah
pajak yang dikenakan kepada wajib pajak setelah muncul atau terbit Surat
Pemberitahuan/SPT Pajak atau Kohir yang dikenakan berulang-ulang kali dalam
jangka waktu tertentu. Contoh dari pajak langsung adalah pajak penghasilan
(PPh), pajak bumi dan bangunan (PBB), pajak penerangan jalan, pajak kendaraan
bermotor, dan lain sebagainya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendapatan nasional adalah jumlah
pendapatan yang diterima oleh seluruh rumah tangga keluarga (RTK) di suatu
negara dari penyerahan faktor-faktor produksi dalam satu periode,biasanya
selama satu tahun. Perhitungan tersebut berdasarkan anggapan bahwa pendapatan
nasional merupakan penjumlahan biaya hidup selama setahun. Oleh karena itu
pengertian pendapatan nasional adalah ukuran dari nilai total barang dan jasa
yang dihasilkan suatu Negara dalam kurun waktu tertentu (biasanya satu tahun)
yang dinyatakan dalam satuan uang.
harga konstan adalah harga yang
dianggap tidak berubah. Untuk memperoleh PDB harga konstan, kita harus
menentukan tahun dasar (based year), yang merupakan tahun di mana perekonomian
berada dalam kondisi baik/stabil. Harga barang pada tahun tersebut kita gunakan
sebagai harga konstan. Deflator = (Harga tahun t : Harga tahun t-1) x 100%.
Dalam menghitung pendapatan nasional, diperlukan
metode atau cara. Metode tersebut disesuaikan dengan objek yang akan dihitung.
Metode perhitungan pendapatan nasional dibagi menjadi tiga metode, yaitu Metode
Produksi, Metode Pengeluaran dan Metode Pendapatan.
Produk Nasional neto (NNP) adalah GNP dikurangi
depresiasi atau penyusutan yang disebut juga replacement dari barang modal.
Replacement atau penggantian barang modal/penyusutan bagi peralatan produksi
yang terpakai dalam proses produksi umumnya bersifat taksiran sehingga mungkin
saja kurang tepat dan dapat menimbulkan kesalahan meskipun relative kecil.
Pendapatan Disposible (DI) adalah pendapatan yang siap untuk dimanfaatkan guna
membeli barang dan jasa konsumsi dan selebihnya menjadi tabungan yang
disalurkan menjadi investasi. Disposable income ini diperoleh dari personal
income (PI) dikurangi dengan pajak langsung. Pajak langsung (direct tax) adalah
pajak yang bebannya tidak dapat dialihkan kepada pihak lain, artinya harus
langsung ditanggung oleh wajib pajak, contohnya pajak pendapatan.
B. Saran
Dengan penjelasan yang dapat penulis
jabarkan, semoga bermafaat untuk kita semua. Besar harapan penulis kepada para
pembaca untuk dapat memahami dan mampu untuk mengaplikasikannya dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Rahardja,
Pratama. Teori Ekonomi Makro. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
2002.
Suherman
Rosyidi. Pengantar Teori Ekonomi (pendekatan kepada teori ekonomi mikro dan
makro). Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2014.
[1]
Suherman Rosyidi. Pengantar Teori Ekonomi (pendekatan kepada teori ekonomi
mikro dan makro). Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2014. hlm 102
[2]
Rahardja, Pratama. Teori Ekonomi Makro. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, 2002. hlm 26
[3]
Rahardja, Pratama. Teori Ekonomi Makro. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
2002. Hlm 16
Komentar
Posting Komentar