MAKALAH TENTANG EKONOMI ISLAM

Peluang Dan Potensi ekonomi islam



BAB I
PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang.
Islam merupakan agama yang kaaffah, yang mengatur segala perilaku kehidupan manusia. Bukan hanya menyangkut urusan peribadahan saja, urusan sosial dan ekonomi juga diatur dalam Islam. Oleh karenanya setiap orang muslim, Islam merupakan sistem hidup (way of life) yang harus diimplementasikan secara komprehensif dalam seluruh aspek kehidupannya tanpa terkecuali. Sistem ekonomi Islam merupakan sistem ekonomi yang sangat baik. Sistem ekonomi ini tidak hanya di perbankan, namun mencakup semua sistem keuangan. Mulai dari perbankan, pasar modal, asuransi, hingga dana pension. Pangsa pasar ekonomi Islam di Indonesia sangat luas, hal ini disebabkan karena Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim, sehingga tidak diragukan penerapan sistem ini. Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai hambatan dan tantangan apa saja yang di alami oleh ekonomi Islam yang berkembang saat ini.
1.2   Rumusan Masalah.
A.    Bagaimankah Potensi dan Peluang Ekonomi Islam ?
B.     Apakah Hambatan dan Tantangan Ekonomi Islam ?
C.     Bagaimanakah Tugas dan Solusi Mengenai Tantangan Ekonomi Islam ?
1.3   Tujuan Pembahasan.
A.    Untuk menjelaskan Potensi dan Peluang Ekonomi Islam.
B.     Untuk mengetahua Hambatan dan Tantangan Ekonomi Islam.
C.     Untuk mengetahui Tugas dan Solusi Ekonomi Islam.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Potensi dan Peluang Ekonomi Islam
Pertama, potensi ajaran Ajaran Islam yang memiliki karakter komprehensif dan universal. Komprehensif mempunyai pengertian bahwa aturan aturan dalam Islam mencakup seluruh aspek kehidupan, baik yang bersifat ibadah maupun muamalat. Ibadah mempunyai tujuan untuk tetap menjaga dan memelihara keharmonisan hubungan dengan Allah SWT yang akan termanifetasikan dalam bentuk tanggungjawab terhadap kehidupan. Sedang muamalat ditujukan untuk menjadi rule of the game (aturan main) dalam kehidupan sosial. Universal mempunyaimakna bahwa aturan dalam Islam dapat diterapkan setiap waktu dan tempat serta untuk semua manusia sampai akhir nanti.
Kedua, Potensi geografis dan populasi umat Islam:
a.       Dunia Islam merupakan wilayah yang sangat luas dan Indonesia adalah salah satu negara terluas di dunia. Jumlah negara yang mayoritas penduduknya muslim adalah 57 negara (58 negaara jika ditambah dengan Kovoso yang memerdekakan diri pada pertengahan februari 2008). Jumlah ini berarti lebih dari sepertiga luas dunia. Dan atas karunia Allah negeri negeri Islam sangat kaya akan sumber daya alam yang angat penting di dunia. Diantara yang terpenting adalah bahwa dunia Islam memiliki cadangan minyak terbesar di dunia dan merupakan penghasil minyak terbesar, mencapai lebih dari 70% minyak dunia.
b.      Penduduk muslim dunia mencapai lebih dari 1,3 milyar jiwa, yang merupakan hampir seperempat penduduk dunia dan Islam merupakan agama terbesar nomor 2 di dunia setelah kristen. Demikian pula jumlah umat Islam Indonesia yang merupakan negara Islam dengan jumlah penduduk terbesar, adalah potensi yang sangat besar bagi lembaga keuangan, baik untuk kepentingan mobilisasi dana/simpanan maupun untuk kepentingan penyaluran/pembiayaan.
Ketiga, potensi kebangkitan Islam (Sahwah Islamiyah) yang dirancang dan digaungkan oleh para pemikir dan aktifis Islam dalam semua aspek kehidupan : ideologi, penidikan, politik, ekonomi, sosial budaya, IPTEK dan Hankam. Ini merupakan potensi yang besar bagi perkembangan ekonomi Islam, karena umat Islam semakin sadar dan ingin kembali berislam dalam semua aspek kehidupan, termasuk ekonomi.
Keempat, potensi kekayaan khazanah keilmuan ekonomi Islam. Khazanah keilmuan Islam sangat kaya. Selain Al Qur’an dan Hadist, buku buku ekonomi klasik juga banyak, seperti kitab al-Kharaj karya Abu Yusuf, Ibn Khaldun dengan karyanya Al Muqaddimah, kitab al Amwil karya Abu Ubaidah yang menurut ilmuaan telah disadur atau minimal menjadi inspirator bagi Adam smith, bapak ekonomi konvensional barat dalam bukunya “The Weath of Nation”, dan lain sebagainya.
Kelima, peluang karena kegagalan kapitalisme.[1] Ekonomi konvensional di bawah dominasi kapitalisme saat ini sedang menghadapi masa krisis dan re-evaluasi. Kritik terhadap kapitalisme banyak muncul dari ekonomi barat sendiri telah muncul beberapa abad lalu. Mulai dari karl Max sampai pada era tahun 1940-an, 1950-an, 1960an, bahkan di awal abad 21 kritikan tersebut semakin tajam dan meluas. Banyak indikasi kegagalan kapitalisme tersebut, antara lain. Pertama, Ekonomi konvensional yang berlandaskan pada sistem ribawi, ternyata semakin menciptakan ketimpangan pendapatan yang hebat dan ketidakadilan ekonomi. Kedua, ekonomi kapitalisme tersebut juga telah menciptakan krisis moneter dan ekonomi di banyak negara.
Ketika sistem ekonomi kapitalisme mengalami kegagalan maka peluang ekonomi syariah makin terbuka luas untuk menjadi solusi kerusakan ekonomi dunia. Diharapkan para ilmuan dan praktisi ekonomi Islam saat ini dapat memanfaatkan peluang besar yang sangat strategis itu dengan ijtihad yang lebih kreatif dan inofatif dalam koridor syari’ah ilahiyah.
B.     Hambatan dan Tantangan Ekonomi Islam
Peluang yang terbuka bagi ekonomi Islam di atas tidak serta merta manjadikannya dengan mudah eksis dan berkembang cepat. Hal ini tidak lepas dari hambatan dan tantangan yang dihadapi. Berikut beberapa hambatan dan tantangan yang dihadapi oleh ekonomi Islam.[2]
Pertama, kesiapan dan kepemahaman umat Islam sendiri terhadap ajarannya masih sangat lemah dengan indikasi antara lain:
a.       Pemahaman terhadap ajaran Islam yang masih bersifat parsial. Mayoritas umat Islam masih terpengaruh dengan doktrin sekulerisme yang mendominasi pemikiran umat Islam. Yang mana pemahaman umat Islam terhadap agamanya sebagaimana pemahaman barat, yaitu ajaran Islam identik dengan masalah ubudiyah dan ukhrawi semata. Kajian kajian keislaman juga masih terfokus dengan masalah ibadah. Sedang kesadaran mereka tentang muamalat maliyah (transaksi ekonomi) yang berdasarkan ajaran Islam masih sangat minim. Akibatnya banyak umat Islam yang belum paham masalah riba, transaksi yang dilarang dan lain sebagainya sehingga acuh tidak acuh dalam masalah ekonomi.
b.      Paradigma berpikir yang masih materialistik akibat kehidupan materialisme barat yang mendominasi kehidupan umat Islam.
c.       Masalah utama perekonomian selalu terkait dengan kebutuhan dan keinginan manusia serta ketersediaan sumberdaya.[3]
Kedua, kesiapan dan political will pemerintah dalam melaksanakan regulasi yang terkait dengan peluang beroperasinya lembaga ekonomi Islam, terutama lembaga keunangan syariah non bank. Untuk lembaga keuangan perbankan syariat kita sudah memiliki UU No. 10 tahun 1998 yang secara resmi membolehkan beroperasinya bank dengan sistem syariat yang kemudian dilengkapi dengan UU No. 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah.
Ketiga, Lemahnya pendidikan dunia Islam. Menurut data tingkat melek huruf orang Yahudi 97%, Kristen 87%, Budha 85%, Muslim 51%, Hindu 51%. Jadi tingkat pendidikan dunia Islam masih tergolong rendah. Hal ini ditambah dengan pendidikan yang mengadopsi sistem Barat dan Kapitalisme, yang mengakibatkan hal hal berikut:
a.       Dominasi literatur ekonomi konvensional. Walaupun ekonomi Islam kaya akan literatur klasik, tetapi karena kemunduran umat Islam dewasa ini menyebabkan literatur ekonomi konvensional mendominasi. Dominasi ini mempengaruhi anggapan masyarakat bahwa tidak ada ilmu ekonomi yang mampu menjawab masalah masalah aktual kecuali ekonomi konvensional. Hal ini menjadikan justifikasi bagi masyarakat untuk mengesampingkan ide dari pengetahuan lain, seperti ekonomi Islam.
b.      Pendidikan masyarakat yang materialistis. Keadaan ini menjadikan sebagian masyarakat bersikap pragmatis mengenai sistem pendidikan yang ada. Sehingga institusi pendidikan yang baik menurut mereka adalah institusi pendidikan yang menjadikan penghasilan dan kedudukan yang tinggi setelah lulus nanti.
c.       Kebodohan dan kemiskinan. Taraf pendidikan yang rendah mengakibatkan taraf hidup yang rendah pula. Penghasilan per kapita orang Yahudi (rata rata di dunia) adalah 16.100 dollar/tahun, disusul kristen (8.230 dollar), Muslim (1970 dollar). Apalagi tingkat pendapatan muslim yang 1720 dollar tersebut ditopang oleh negara negara kaya seperti Arab Saudi dan Brunai Darussalam. Prakteknya ada banyak negara Islam yang pendapatan perkapitanya jauh dibawah rata rata serta banyak sekali kaum Muslim yang berada dibawah garis kemiskinan. Sedang tingkat pengangguran terendah dipegang masyarakat Budhis (5%), lalu Yahudi ( 8%), Kristen (10%), Muslim (15%), Hindu (20%). Dari data tersebut dapat disimpulkan adanya korelasi antara tingkat melek huruf dengan tingkat kesejahteraan. Orang orang Yahudi dengan tingkat melek paling tinggi memilili tingkat kesejahteraan paling tinggi.
d.      Pengetahuan sejarah pemikir ekonomi Islam kurang. Pengetahuan perkembangan sejarah pemikiran ekonomi akan menimbulkan kebanggaan masyarakat terhadap tokoh tokoh ekonomi Islam. Secara tidak langsung hal ini akan mempengaruhi ketertarikan mereka terhadap pemikiran tokoh tokoh ini. Tetapi, karena masyarakat tidak banyak tahu adanya perpindahan ilmu pengetahuan dari Timur (Islam) ke Barat menjadikan mereka kurang begitu bangga dengan ekonomi Islam. Oleh karena itu pengetahuan sejarah sangat diperlukan untuk mengubah pemahaman terhadap pemikiran orisinil ekonomi Islam.
Keempat, Praktek ekonomi konvensional lebih dahulu dikenal oleh masyarakat dan menominasi kehidupan ekonomi dunia. Masyarakat bersentuhan langsung dengan konsep ekonomi konvensional, di berbagai bidang konsumsi, produksi, distribusi, dan lain lainnya. Sehingga pemahaman baru sulit dipaksakan dan diterima oleh masyarakat yang lebih dahulu bersentuhan dengan konsep ekonomi konvensional. Oleh karenanya konsep ekonomi Islam cenderung ditanggapi secara tidak fair oleh sebagian masyarakat. Dominasi sistem kapitalis barat yang telah menguasai sendi kehidupan umat Islam dalam semua aspek perekonomian: perbankan, perdagangan dan politik ekonomi. Dominasi ini diperkuat dengan sarana sarana media massa, entertaimen dan lainnya yang menjadikan umat Islam pasar besar bagi ekonomi kapitalis. Dalam lingkup negara, lembaga keuangan dunia seperti bank dunia dan IMF sangat menjerit negara Islam dan lemah.
Kelima, banyak pihak yang ingin memanfaatkan umat Islam yang mayoritas untuk kepentingan bisnis. Tetapi mereka tidak mau menggunakan sistem Islam.
C.    Tugas dan Solusi
Salah satu hambatan terbesar yang merupakan tantangan bagi pembangunan ekonomi Islam adalah karena tidak adanya contoh aktual/empiris dari ekonomi Islam. Mengenai pertanyaan ini setidaknya terdapat dua argumentasi yang dapat menjawabnya yaitu:
Pertama, aspek nornatif dan positif dalam pembentukan sebuah ilmu tidak selalu datang dalam waktu bersamaan, tetapi merupakan senuah proses dinamis yang mungkin terjadi dalam jangka panjang. Pemikiran Adam smith lahir dengan latar belakang situasi merkantilis, dimana negara memiliki peranan dominan dalam perekonomian. Pada masa itu kebebasan sebagaimana disuarakan oleh Smith baru merupakan suatu harapan. Demikian pula pemikiran sosialistis Karl Marx yang lahir dalam situasi kapitalisme yang mendominasi perekonomian dunia. Dibutuhkan waktu lebih dari 60 tahun bagi pemikiran pemikiran Marxis untuk direalisasikan oleh Lenin dan Stalin.
Kedua, sesungguhnya dukungan fakta empiris dari praktek aktual ekonomi Islam ini tersedia relatif memadai, seandainya kita menengok ke belakang. Masa keemasan peradabn Islam selama kurang lebih 700 Tahun-an. Merupakan sumber data yang melimpah bagi dukungan empiris ilmu ekonomi islam. Jika pada masa tersebut kekuasaan Islam menjangkau sebagian besar belahan dunia serta mencakup aspek politik, militer, dan ilmu pengetahuan, maka sangatlah tidak masuk akal jika tidak didukung oleh sebuah perekonomian yang tangguh.
Lebih dari itu tugas ekonomi Islam lebih besar daripada ilmu ekonomi konvensional. Yakni dari ekonomi Islam mempelajari prilaku aktual dari para individu maupun kelompok, perusahaan, pasar, pemerintah, dan pelaku ekonomi lainnya. Aspek inilah yang sebenarnya mendapat banyak pembahasan dalam ilmu ekonomi konvensional, namun nampaknya belum memuaskan karena adanya asumsi asumsi perilaku yang tidak realistis dan komprehensif. Asumsi ini misalnya tentang kecenderungan manusia untuk hanya mementingkan diri sendiri dengan cara maksimasi material dan maksimasi kepuasan.
Tugas tersebut hanya bisa dilakukan dengan semangat jihad dan dakwah. Jihad tidak harus mengangkat senjata melawan musuh, tetapi jihad fisabiliilah harus diartikan sebagai segala usaha sungguh sungguhdalm memperjuangkan agama Allah dan menegakkan kebenaran dimuka bumi.
Begitu pula dengan semangat dakwah, yaitu semangat mengajak manuia untuk mengenal Allah dan kembali tunduk kepada aturan Allah SWT dalam segala aspek kehidupannya. Dengan demikian semangat jihad dan dakwah harus menjiwai semua aktivitas ekonomi Islam. Semangat jihad dan dakwah tersebut meliputi semua aspek yaitu:
a.       Jihad pendidikan ekonomi Islam dan dakwah ekonomi Islam untuk mensosialisasikan dan memberikan pemahaman kepada umat Islam tentang ekonomi Islam serta menyadarkan mereka untuk kembali kepada sistem ekonomi Islam. Pendidikan ini ada yang formal seperti sekolah dan pesantren. Ada juga yang non formal seperti masjid, majlis taklim dll.
b.      Jihad intelektual untuk pengembangan keilmuan dan teori ekonomi Islam, memberikan sumbangsih pemikiran aplikatif dan teoritis bagi pengembangan ekonomi Islam. Semangat mencurahkan segala kemampuan dan pikirannya untuk kemajuan ilmu ekonomi Islam agar bisa lebih diterima sebagai imu ekonomi alternatif bagi permasalahan ekonomi umat.
c.       Jihad aplikasi ekonomi Islam dalam berbagai sektor ekonomi. Semangat juang ini untuk eksistensi riil ekonomi Islam dengan pembentukan dan pengembangan Lembaga Ekonomi Islam (LKS) yang baik agar umat Islam melirik usaha in.
d.      Jihad Maal, jihad bagi para aghniya’ dan shahibul mal dengan mengorbankan harta untuk berbagai aktifitas pendanaan sosialisasi dan pengembangan ekonomi Islam. Atau minimal jihad harta ini dengan menginvestasikan hartanya secara duniawi pada lembaga keuangan syariah denga niat mengembangkan LKS sehingga secara otomatis investasi tersebut bermuatan ukhrawi dan mendapat balasan di akhirat kelak.
e.       Jihad politik untuk menciptakan political will yang berpihak kepada pengembangan ekonomi Islam. Para politikus Muslim diharap mengusung misi ini, bukan hanya misi prinadi dan misi kelompok.
f.        Jihad nafsi bagi semua umat Islam. Jihad ini berarti mengekang dan mengalahkan hawa nafsu dan keinginannya untuk kemajuan ekonomi Islam. Jihad ini sangat diperlukan untuk membantu produk produk ekonomi Islam untuk eksis. Misalnya dengan mengonsumsi produk umat Islam walaupun agak lebih mahal dari produk non muslim yang di sebabkan modal dan teknologinya yang lebih maju. Apalagi dengan produk yang dimiliki oleh pihak phak yang memusuhi dan mengeksploitasi umat Islam, maka harus dijauhi.

BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN :
1.      Potensi dan Peluang Ekonomi Islam
potensi ajaran Ajaran Islam yang memiliki karakter komprehensif dan universal. Komprehensif mempunyai pengertian bahwa aturan aturan dalam Islam mencakup seluruh aspek kehidupan, baik yang bersifat ibadah maupun muamalat. Ibadah mempunyai tujuan untuk tetap menjaga dan memelihara keharmonisan hubungan dengan Allah SWT yang akan termanifetasikan dalam bentuk tanggungjawab terhadap kehidupan
2.      Hambatan dan Tantangan Ekonomi Islam
kesiapan dan kepemahaman umat Islam sendiri terhadap ajarannya masih sangat lemah, Lemahnya pendidikan dunia Islam, Praktek ekonomi konvensional lebih dahulu dikenal oleh masyarakat dan menominasi kehidupan ekonomi dunia, banyak pihak yang ingin memanfaatkan umat Islam yang mayoritas untuk kepentingan bisnis.
3.      Tugas dan Solusi
Jihad pendidikan ekonomi Islam dan dakwah ekonomi Islam, Jihad intelektual untuk pengembangan keilmuan dan teori ekonomi Islam, Jihad aplikasi ekonomi Islam dalam berbagai sektor ekonomi, jihad maal, Jihad politik untuk menciptakan political will yang berpihak kepada pengembangan ekonomi Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Agustianto, Dunia di bawah Hegemoni Kapitalisme, dalam materi TOT Perbankan Syariah BI Kediri
Munir, Misbahul dan A. Djalaludin, Ekonomi Qur’an, Malang:UIN Maliki Press, 2014.
Syakur, Ahmad , Dasar dasar pemikiran ekonomi Islam, Kediri:STAIN Kediri , 2011

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH TENTANG PENDAPATAN NASIONAL

MAKALAH FIQIH TENTANG IBRA'

MAKALAH MANAJEMEN PEMASARAN